Arab Saudi Dukung Trump: Strategi Politik Menarik Jelang Pilpres AS!

Co.id Mudah-mudahan harimu cerah dan indah. Pada Artikel Ini saya ingin membahas internasional yang sedang trending. Konten Informatif Tentang internasional Arab Saudi Dukung Trump Strategi Politik Menarik Jelang Pilpres AS Mari kita bahas selengkapnya hingga paragraf terakhir.

Secara sepihak, mantan Presiden Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan penting terkait nuklir pada tahun 2015 dan juga memerintahkan pembunuhan komandan Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani, pada tahun 2020. Konflik Gaza menjadi salah satu faktor yang menghambat tercapainya kesepakatan, namun analis asal Saudi, Ali Shihabi, menyatakan bahwa sikap baru yang ditunjukkan oleh Presiden Biden membuat Arab Saudi kini merasa 'sama nyamannya' dengan kebijakan yang diusung oleh Trump atau Wakil Presiden Kamala Harris.

Pada Maret 2023, Arab Saudi dan Iran, yang dulunya merupakan musuh berat, berhasil merajut kesepakatan yang difasilitasi oleh China setelah tujuh tahun terputusnya hubungan diplomatik. Peneliti dari International Crisis Group, Dina Esfandiary, menyatakan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman harus mempertimbangkan banyak situasi strategis. Ia juga menyampaikan bahwa meskipun Trump pernah mendukung Saudi dalam upayanya menghadapi Iran, rencana Trump untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan Saudi dapat menjadi hambatan yang signifikan.

Alghashian menyebutkan bahwa Biden menjadi simbol dari kondisi ini, mengingat ia hadir dengan retorika yang cenderung anti-Saudi. Dalam konteks pemilihan mendatang, mantan Presiden Trump akan berhadapan dengan Wakil Presiden Harris. Menurut pengamat, Arab Saudi lebih memilih kemenangan Trump, walaupun ada kekhawatiran mengenai beberapa kebijakan tak terduga yang mungkin diambilnya.

Pangeran Mohammed bin Salman pernah mengkritik Trump karena dianggap tidak cukup tegas dalam merespons serangan yang dilayangkan ke Arab Saudi pada tahun 2019, yang banyak diperkirakan dilakukan oleh Iran. Awalnya, Trump berjanji untuk menjadikan Arab Saudi sebagai 'paria', sebelum akhirnya terlibat dalam negosiasi untuk memperdalam hubungan dengan imbalan pengakuan Riyadh terhadap Israel.

Kondisi ini memperkuat posisi Arab Saudi sebagai kekuatan utama di Timur Tengah serta sebagai eksportir minyak terbesar di dunia. Selama negosiasi, kedua belah pihak mengaitkan persetujuan yang memungkinkan Arab Saudi mengakui Israel dengan perjanjian pertahanan bersama Amerika Serikat dan dukungan pada program nuklir sipil.

Menjelang pemilihan, hubungan antara Arab Saudi dan tim Trump semakin akrab. Banyak pengamat mulai meramalkan dampak dari persaingan politik ini. Trump, yang memulai masa jabatannya dengan kunjungan ke Riyadh pada tahun 2017, mendapatkan sambutan meriah, berlawanan dengan pendekatan Biden yang lebih hati-hati dalam interaksi dengan pemerintah Saudi.

Pada Juli 2022, ketika harga energi melambung akibat serangan Rusia ke Ukraina, Biden mengunjungi Arab Saudi dan menjalin komunikasi dengan Pangeran Mohammed. Di bawah kepemimpinan Biden, arah kebijakan Arab Saudi terhadap Iran mengalami perubahan signifikan. Selain itu, para tokoh penting dari era Trump dilaporkan menghadiri konferensi investasi di Riyadh, termasuk kesepakatan yang melibatkan organisasi bisnis Trump. Analis Kristin Diwan menekankan bahwa segala kesepakatan investasi yang terjalin dapat menimbulkan pertanyaan etis mengenai hubungan pribadi dan politik di antara para pemimpin Teluk dan mantan Presiden Trump.