Eksportir RI Terjebak Dalam Labirin Aturan Uni Eropa!

Co.id Hai semoga selalu dalam keadaan sehat. Dalam Opini Ini mari kita telaah berbagai sudut pandang tentang internasional. Artikel Ini Membahas internasional Eksportir RI Terjebak Dalam Labirin Aturan Uni Eropa Jangan sampai terlewat simak terus sampai selesai.

Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP), Ishartini, mengungkapkan bahwa komunikasi telah terjalin dengan Directorate-General for Health Kit and Food Safety (DG Sante). Diskusi tersebut berfokus pada penjaminan mutu dan keamanan produk, di mana Indonesia sudah memenuhi standar nasional. Ishartini menyatakan bahwa respons dari DG Sante sangat positif dan mereka akan memberikan penjelasan terkait audit serta rekomendasi yang diperlukan.

Penting bagi Indonesia untuk mendapatkan persetujuan ekspor dari Uni Eropa, yang disyaratkan melalui proses Approval Procedure. Selain itu, Indonesia juga telah menerapkan National Residue Monitoring Plan (NRMP) serta kebijakan terkait Anti Microbial Resistance (AMR). Para eksportir di Indonesia diwajibkan untuk memenuhi berbagai persyaratan yang sangat ketat untuk dapat menembus pasar Eropa.

Saat ini, terdapat 33 perusahaan yang sedang menunggu persetujuan untuk dapat memasuki pasar Uni Eropa. Untuk memenuhi persyaratan, eksportir diwajibkan memiliki sertifikat keamanan pangan, seperti Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dengan minimal Grade A, serta Surat Pernyataan Pemanfaatan Nomor Registrasi.

Sebelum tahun 2017, jumlah perusahaan yang beroperasi dalam bidang ini berkisar antara 176 hingga 200. Namun, pada tahun 2017, jumlah tersebut menurun menjadi 176 karena banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar kepatuhan yang ditetapkan. Dalam upayanya, pemerintah melalui BPPMHKP memberikan bimbingan, salah satunya dengan mengedukasi tentang sertifikasi cara pembenihan ikan yang baik (CPIB).

Ishartini menekankan pentingnya standar yang harus dipenuhi oleh para pelaku usaha. Proses budi daya ikan juga harus mengikuti praktik yang baik mulai dari pembenihan, pencarian pakan yang tepat, hingga penggunaan obat-obatan yang sesuai. Oleh karena itu, keberadaan Badan Mutu sangat krusial untuk memastikan kualitas dari hulu hingga hilir.