Gaji Gen Z: Jembatan Sukses atau Sekadar Numpang Lewat?

Co.id Mudah mudahan kalian sehat dan berbahagia selalu. Di Sini saya mau menjelaskan berbagai aspek dari politik. Penjelasan Artikel Tentang politik Gaji Gen Z Jembatan Sukses atau Sekadar Numpang Lewat Jangan berhenti teruskan membaca hingga tuntas.

Pemborosan dalam gaya hidup yang sering disebut sebagai self-reward kerap terjadi pada Aris Setiawan. Dia tampaknya tidak memperhatikan penghasilan dan pengelolaan keuangan yang baik. Di sisi lain, Amalia Ramadhani, seorang perempuan berusia 26 tahun, memahami pentingnya menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung. Aris, yang lahir pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, sering kali mencampur adukkan kebutuhan sehari-hari dengan pengeluaran untuk gaya hidup yang tidak esensial.

Sering kali, Aris menghabiskan pendapatannya untuk memenuhi ajakan teman-temannya untuk jalan-jalan dan nongkrong. Selain itu, kemudahan yang ditawarkan aplikasi e-commerce membuat Generasi Z sering membeli barang dengan cicilan, yang seringkali berujung pada pengeluaran berlebih. Ketika melihat influencer mempromosikan kuliner baru, rasanya sulit untuk menolak untuk mencobanya. Terlebih ketika tren boneka viral bernama Labubu mengguncang generasi muda, Aris langsung tertarik untuk memiliki boneka tersebut yang diproduksi oleh seniman dari Hong Kong.

Sayangnya, kebahagiaan yang dirasakan Aris saat memiliki boneka tersebut hanya berlangsung singkat. Data dari TransUnion menunjukkan bahwa penggunaan layanan pay later meningkat sebesar 18% di kalangan Gen Z dalam dua tahun terakhir. Aris merasa sulit untuk menolak ajakan teman, takut dianggap tidak seru jika terlalu sering menolak. Tidak hanya Aris, banyak anak muda yang terjebak dalam pola pikir YOLO (You Only Live Once), yang menyebabkan mereka menghabiskan uang untuk kesenangan sesaat.

Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) dan FOPO (Fear of Other People’s Opinion) sering kali mendorong Aris untuk bertindak impulsif, tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Meskipun Amalia menyadari bahwa gajinya sebagai Social Media Management di Jakarta tidak mencukupi, dia tetap merasa terpaksa untuk mengikuti tren. Pertama kali tahu tentang boneka Labubu dari postingan Lisa BLACKPINK, aku jadi kepingin beli biar bisa kembaran kayak dia, ungkap Amalia, yang rela mengantri saat boneka itu banyak diminati.

Di akhir bulan, ia mulai merasa kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan yang tersisa hanya penyesalan. Pada Agustus 2023, Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran fintech lending mencapai Rp20,53 triliun, dengan 60 persen penggunanya berasal dari kalangan milenial dan Gen Z. Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, menghadapi ketidakpastian finansial yang cukup besar.

Pengeluaran yang membengkak akibat mengikuti tren viral di media sosial semakin membuat mereka kesulitan dalam mengelola keuangan. Menurut survei Bank of America pada 2021, sekitar 49% dari Gen Z mengaku bahwa keputusan belanja mereka sangat dipengaruhi oleh media sosial. Dengan begitu banyak iklan dan influencer yang mempromosikan gaya hidup konsumtif, mereka terdorong untuk mengikuti tren terbaru, meski itu adalah produk yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Sayangnya, generasi ini lahir di masa yang penuh tantangan, yang mengakibatkan kesulitan dalam menabung dan mencukupi kebutuhan dasar.

Terima kasih atas perhatian Anda terhadap gaji gen z jembatan sukses atau sekadar numpang lewat dalam politik ini hingga selesai Silakan bagikan informasi ini jika dirasa bermanfaat cari inspirasi baru dan perhatikan pola makan sehat. Silakan bagikan kepada orang-orang terdekat. Sampai bertemu di artikel menarik berikutnya. Terima kasih.