Kemnaker Minta Tindakan dari PT Sritex Setelah Putusan Pailit

Co.id Semoga keberkahan menyertai setiap langkahmu. Pada Waktu Ini saya ingin menjelaskan lebih dalam tentang internasional. Panduan Artikel Tentang internasional Kemnaker Minta Tindakan dari PT Sritex Setelah Putusan Pailit Jangan berhenti teruskan membaca hingga tuntas.

Sebelum resmi dinyatakan pailit oleh pengadilan di Semarang, manajemen Sritex menyampaikan berita terkini melalui laporan keuangan terbaru mereka. Perusahaan saat ini tengah berusaha melakukan restrukturisasi guna mengatasi utang yang membengkak dari berbagai bank. Meskipun dalam keadaan yang sangat sulit, Sritex sempat menunjukkan harapan dengan dukungan dari pemegang sahamnya. Untuk menghadapi tantangan ini, manajemen berencana meningkatkan penjualan serta melakukan efisiensi biaya produksi, yang mencakup pengurangan jumlah karyawan.

Sritex telah menghadapi krisis keuangan yang serius, yang terlihat dari meningkatnya utang dan defisit modal yang terus meningkat. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengimbau semua pihak di perusahaan, termasuk manajemen dan serikat pekerja, agar tetap tenang dan menjaga kondisi perusahaan tetap kondusif. Mereka juga berharap untuk segera merumuskan langkah-langkah strategis yang bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat.

Perusahaan saat ini sedang menyelesaikan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan berusaha menjalin kesepakatan damai dengan kreditor. Selain lima bank utama yang telah disebutkan, Sritex juga memiliki utang kepada 19 bank lainnya, sebagian besar merupakan bank asing. Ini menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal yang terus meningkat, dengan total mencapai US$ 980 juta (setara Rp 15,19 triliun) pada akhir tahun lalu.

Kemnaker juga meminta PT Sritex dan anak perusahaannya yang telah dinyatakan pailit agar tidak cepat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada karyawan hingga ada putusan yang final dari Mahkamah Agung. Pada 24 Oktober 2024, keadaan perusahaan mencatat penurunan aset sebesar 5% hingga US$ 617 juta atau sekitar Rp 9,56 triliun, sementara utang tetap tinggi di angka US$ 1,60 miliar (Rp 24,8 triliun).

Pada tahun 2023, Sritex telah melakukan pemangkasan jumlah karyawan sebanyak 2.232 orang, dari total 16.370 di akhir 2022, sehingga menyisakan 14.138 karyawan. Untungnya, manajemen perusahaan mengonfirmasikan bahwa pemegang saham akan terus memberikan dukungan finansial agar grup ini dapat mempertahankan operasionalnya.

Kemnaker juga mendesak Sritex untuk tetap memenuhi hak-hak pekerja, termasuk gaji dan upah. Direktur Jenderal PHI dan Jamsos Kemnaker, Indah Anggoro Putri, menyarankan agar Sritex menunggu hingga putusan inkrah sebelum mengambil langkah lebih lanjut. Mayoritas utang jangka panjang perusahaan berasal dari sindikasi, dengan beberapa bank besar sebagai kreditur utama, termasuk BCA dan Citibank Indonesia.

Hingga akhir Juni 2024, jumlah karyawan Sritex kembali berkurang menjadi 11.249, yang mencerminkan pengurangan total 2.889 karyawan dalam enam bulan terakhir. Hal ini berpotensi menimbulkan dampak sosial, di mana para karyawan berisiko kehilangan pekerjaan tanpa pesangon. Laporan keuangan perusahaan tahun 2023 telah diaudit, dan menerima opini wajar dengan pengecualian, yang menunjukkan adanya masalah dalam penyajian laporan keuangan mereka.