• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Mengapa Indonesia Terjebak dalam Ketergantungan Gula Impor? Temukan Fakta Menariknya!

img

Co.id Semoga senyummu selalu menghiasi hari hari dan tetap mencari ilmu. Dalam Opini Ini mari kita bahas tren internasional yang sedang diminati. Ringkasan Artikel Mengenai internasional Mengapa Indonesia Terjebak dalam Ketergantungan Gula Impor Temukan Fakta Menariknya Simak penjelasan detailnya hingga selesai.

    Table of Contents

Sebelum kedatangan VOC, Indonesia telah memiliki tradisi pengolahan gula. Namun, perkebunan dan pabrik gula yang lebih terstruktur mulai muncul pada masa penjajahan Hindia Belanda. Saat ini, produksi gula di Indonesia terdiri dari 513,08 ribu hektare perkebunan tebu, yang terbentang di berbagai provinsi seperti Sumatra Utara, Gorontalo, Lampung, serta beberapa daerah di Pulau Jawa dan Sulawesi.

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan industri makanan dan minuman, kebutuhan akan gula di tanah air terus meningkat setiap tahun. Dalam sebuah publikasi yang dirilis pada Rabu, 30 Oktober 2024, pemerintah mencatat bahwa untuk mencapai swasembada gula, berbagai langkah telah direncanakan sejak tahun 2020, termasuk menarik investor asing untuk membangun pabrik dan perkebunan gula di Indonesia.

Pada awal tahun 2023, mantan Presiden Joko Widodo menargetkan swasembada gula pada tahun 2028 dan peningkatan produksi bioetanol pada tahun 2030, menunjukkan komitmen pemerintah terhadap sektor ini. Menurut laporan Kementerian Pertanian, produksi gula kristal putih nasional pada tahun 2022 mencapai 2,41 juta ton, menandakan adanya kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, meskipun produksi dalam negeri naik, Indonesia masih harus mengimpor gula untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Ketersediaan gula konsumsi di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 3,13 juta ton. Jumlah ini mencerminkan kekurangan produksi gula dalam negeri, di mana lebih dari 50% berasal dari petani tebu rakyat. Kementerian Pertanian juga melaporkan bahwa produksi gula mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 2,73% dalam lima tahun terakhir.

Pada tahun 2024, berdasarkan proyeksi Badan Pangan Nasional, kebutuhan gula nasional diperkirakan mencapai 2,933 juta ton per tahun. Laporan terbaru menunjukkan ketersediaan gula nasional dapat mencapai 4,12 juta ton pada tahun ini, meskipun ada keperluan untuk melakukan impor yang cukup besar. Tercatat, dari Januari hingga Agustus 2024, Indonesia mengimpor gula sebanyak 453.628 ton.

Sementara itu, kasus korupsi dalam impor gula juga menjadi sorotan. Kejaksaan Agung Republik Indonesia telah menetapkan dua tersangka terkait dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi pada periode impor tahun 2015-2016. Penegakan hukum dalam bidang ini diharapkan dapat memberikan transparansi dan keadilan dalam pengelolaan komoditas gula di tanah air.

Itulah pembahasan tuntas mengenai mengapa indonesia terjebak dalam ketergantungan gula impor temukan fakta menariknya dalam internasional yang saya berikan Silakan cari tahu lebih banyak tentang hal ini selalu berinovasi dalam bisnis dan jaga kesehatan pencernaan. silakan share ke rekan-rekan. semoga Anda menemukan artikel lainnya yang menarik. Sampai jumpa.

© Copyright 2024 - TV7 News Informasi Berita Terupdate dan Terbaru Indonesia
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads