Misteri Pilihan Warga Arab Amerika: Mengapa Mereka Berpihak pada Trump?

Co.id Semoga kebahagiaan menyertai setiap langkahmu. Dalam Tulisan Ini aku mau menjelaskan apa itu internasional secara mendalam. Konten Informatif Tentang internasional Misteri Pilihan Warga Arab Amerika Mengapa Mereka Berpihak pada Trump Mari kita bahas selengkapnya hingga paragraf terakhir.

Dalam perlombaan menuju Gedung Putih, Donald Trump unggul tipis atas Kamala Harris di kalangan pemilih Arab Amerika, menurut jajak pendapat Arab News/YouGov yang dirilis pada 21 Oktober 2024.

Jajak pendapat menunjukkan Trump memimpin dengan 45% dukungan, sementara Harris memperoleh 43% dari demografi penting ini. Persaingan ketat ini juga tercermin dalam jajak pendapat Arab American Institute yang dirilis awal bulan ini, yang menunjukkan Trump dan Harris bersaing ketat dengan 42% berbanding 41%.

Trump juga unggul dalam hal kemampuan menyelesaikan konflik Israel-Palestina, dengan 39% dukungan dibandingkan 33% untuk Harris. Konflik ini menjadi perhatian utama bagi pemilih Arab Amerika, dengan 29% menyebutnya sebagai masalah terbesar.

Jajak pendapat tersebut memperingatkan Partai Demokrat bahwa dukungan Presiden Joe Biden terhadap perang Israel di Gaza dapat membahayakan peluang Harris dalam pemilihan yang akan berlangsung pada 5 November. Trump dipandang lebih mendukung pemerintahan Israel saat ini dibandingkan Harris, dengan selisih enam poin.

Di Michigan, negara bagian kunci yang diperkirakan akan menentukan hasil pemilu, pemilih Arab Amerika memainkan peran penting. Negara bagian ini memiliki konsentrasi populasi Arab Amerika terbesar di Amerika Utara, termasuk kota Dearborn yang mayoritas penduduknya adalah Arab.

Pada pemilihan 2020, Biden memenangkan Michigan dengan selisih sekitar 150.000 suara, sementara Trump hanya unggul sekitar 11.000 suara di negara bagian ini pada 2016. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan Demokrat terhadap perang di Gaza telah menggerus suara mereka di kalangan pemilih Arab Amerika.

Trump secara terbuka menyerang Harris dalam upayanya menarik pemilih Muslim dan Arab Amerika, dengan menuduh Harris memicu ketidakstabilan di Timur Tengah jika ia memenangkan masa jabatan kedua.