• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Menghadapi Ketidakpastian dengan Keberanian

img

Co.id Assalamualaikum semoga hidupmu penuh canda tawa. Dalam Blog Ini saya akan membahas manfaat hukum yang tidak boleh dilewatkan. Informasi Terbaru Tentang hukum Menghadapi Ketidakpastian dengan Keberanian Ayok lanjutkan membaca untuk informasi menyeluruh.

Mary Jane Fiesta Veloso, seorang warga Filipina yang terjebak dalam kasus penyelundupan narkoba, menjadi sorotan internasional setelah dinyatakan sebagai terpidana mati. Pada Rabu, 4 Maret 2015, ia memanjatkan doa dalam sidang yang dihadiri oleh rohaniawan, Romo Bernhard Kieser, di Pengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta. Namun, eksekusi yang dijadwalkan dibatalkan karena Mary Jane dianggap sebagai korban trafficking manusia.

Pada bulan Oktober 2010, Pengadilan Negeri Sleman memvonisnya dengan hukuman mati berdasarkan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Di tengah situasi tersebut, Presiden Filipina saat itu, Benigno Aquino, meminta agar Mary Jane diizinkan memberikan kesaksian mengenai sindikat perdagangan manusia yang melibatkan Sergio, orang yang merekrutnya. Bersamaan dengan itu, penangkapannya terjadi pada bulan April 2010 di Bandara Adisucipto, Yogyakarta, di mana pihak keamanan menemukan 2,6 kilogram heroin dalam kopernya.

Mary Jane Veloso mengklaim bahwa ia menjadi korban dari keadaan ekonomi yang sulit dan telah digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dukungan datang dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan pemerintah Filipina, yang berusaha membuktikan bahwa Mary Jane tidak terlibat langsung sebagai pelaku utama dalam kasus tersebut.

Di tengah ketegangan hukum yang mendalam, Mary Jane dijadwalkan dieksekusi pada April 2015 bersama delapan terpidana mati lainnya. Namun, eksekusi tersebut ditunda setelah Maria Kristina Sergio, perekrutmya, menyerahkan diri di Filipina. Sejak saat itu, usaha diplomatik untuk membebaskan Mary Jane terus berlanjut, termasuk permohonan grasi yang diajukan oleh pemerintah Filipina kepada pemerintah Indonesia pada September 2022.

Mary Jane lahir pada 10 Januari 1985 di Nueva Ecija, Filipina, sebagai anak bungsu dari lima bersaudara dalam keluarga yang kurang mampu. Sejak menikah di usia 17 tahun dan bercerai, ia berjuang sebagai tulang punggung keluarga, membesarkan dua anak perempuannya seorang diri. Menghadapi berbagai tantangan, termasuk hampir menjadi korban kekerasan seksual, ia kemudian berusaha mencari pekerjaan di luar negeri.

Pada awal tahun 2023, Celia Veloso, ibu Mary Jane, meminta langsung kepada Presiden Joko Widodo untuk membebaskan putrinya yang telah menjalani hukuman selama 14 tahun. Puncak dari berbagai usaha ini terjadi pada November 2023, ketika Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra, mengungkapkan kemungkinan pemindahan Mary Jane kembali ke Filipina.

Terima kasih telah membaca seluruh konten tentang menghadapi ketidakpastian dengan keberanian dalam hukum ini Terima kasih atas perhatian Anda selama membaca ciptakan lingkungan positif dan jaga kesehatan otak. Ayo ajak orang lain untuk membaca postingan ini. Sampai bertemu di artikel menarik lainnya. Terima kasih banyak.

© Copyright 2024 - TV7 News Informasi Berita Terupdate dan Terbaru Indonesia
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads